Perasaan ini
bermula hanyalah sebuah perasaan kagumku kepadanya. Bersama-sama dalam waktu
yang lama dengan segala pembicaraan serius, dengan sejuta candaan, tak luput
dari segala kebahagiaan bersama bahkan saat dalam keadaan terpuruk pun bersama,
ibarat tanaman kecil yang selalu disiram serta diberi pupuk sehingga tanaman
tersebut tumbuh menjadi besar. Ya. Itu sama dengan perasaanku saat ini, awalnya
hanyalah sebuah perasaan biasa, bangga, kagum, hingga sampai kepada puncak
perasaan. Aku tak tau mengapa perasaan ini ada, tidaklah aku mengharapkan semua
ini terjadi hanya kepadaku, mengagumi, menyayangi, bahkan mencintai secara
diam-diam. Aku tak menyalahkan perasaan, perasaan tersebut memang datang dengan
sendirinya entah disaat aku merasa kesal denganmu, merasa senang denganmu,
bahkan saatku merasa nyaman bersamamu. Aku pula tidak menyalahkanmu karena kau
telah membuat aku merasa nyaman. Aku bahagia dengan perasaanku saat ini. Aku
berterima kasih kepadamu yang telah membuat hariku menjadi lebih bercerita dan bernada.
Mencintaimu
secara diam-diam, entah karena aku tak mau merusak keadaan yang sedang terjadi
atau karena aku tak mampu mengatakan hal itu.
Terkadang
segala sesuatu yang kita harapkan tidak sejalan dengan keadaan yang ada.
Mungkin terkadang juga kenyataan yang harus diterima terasa pahit untuk
dirasakan bagi mereka yang mampu untuk menyimpan perasaannya sendiri.
Mendo’akannya
hanyalah satu-satunya cara yang dilakukan saat merasa lelah dengan perasaan
yang selalu tersimpan, bahkan selalu disimpan entah sampai kapan. Disaat merasa
lelah harus mempertahankan segala perasaannya sendiri tanpa adanya pembalasan.
Tidak dapat
menuntut. Tidak menuntut untuk ia tau apa yang aku rasakan. Aku bahagia dengan
keadaanku dengannya saat ini. Mempunyai hubungan tanpa status. Mungkin tidak
terlalu penting bagiku arti dari sebuah status. Aku masih beruntung karena aku
masih dapat mempunyai komunikasi yang baik dengannya.
Terkadang
melihatnya bahagia adalah sebuah kebahagiaan juga untukku walaupun itu adalah
bahagianya dengan yang lain bukan denganku.
Amarahku
harus ku redam disaat ia sedang bersama yang lain.
Aku pun
harus mengalah saat emosinya sedang memuncak, bahkan aku harus menjadi peredam
emosinya.
Sabar pun
harus selalu aku lakukan saat aku tersadar bahwa aku tak dapat menuntut apa-apa
darinya, saat tersadar bahwa aku ini mencintainya diam-diam.
“Pada
akhirnya orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendo’akan. Mereka Cuma
bisa mendo’akan, setelah capek berharap, pengharapan yang ada dari dulu, yang
tumbuh dari sejak kecil sekali, hingga semakin lama makin besar, lalu semakin
lama semakin jauh. Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya menerima.
Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan
yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita
sesungguhnya kita butuhkan. Dan sebenarnya, yang kita butuhkan hanyalah
merelakan. Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa seperti yang mereka
selalu takutkan. Jatuh cinta sendirian.” Marmut Merah Jambu-Raditya Dika.